Selasa, 14 Oktober 2014

Walkman




Walkman, itulah istilah populer di Indonesia untuk menyebut benda ini. Sebenarnya, sebutan "Walkman" merujuk pada produk populer dari perusahaan asal Jepang, Sony, yang memproduksi benda ini dengan nama "Walkman". Nama asli untuk benda ini adalah portable cassette player, yang dalam bahasa Indonesianya adalah pemutar kaset portabel. Itulah kenapa Sony menamainya Walkman, yang artinya orang berjalan.

Di masa kejayaan kaset, Walkman merupakan benda yang mahal harganya. Selain memutar musik atau suara dari kaset, juga dapat menyiarkan siaran radio AM/FM. Ukurannya yang kecil membuatnya disukai banyak orang. Berbagai macam kaset dijual di toko-toko, mulai dari musik dari grup-grup band, sampai ceramah, dan beraneka macam lainnya yang intinya adalah suara. Semuanya masih berbentuk analog.

Fitur "Mega Bass" adalah fitur andalan Walkman saat itu, membuat suaranya lebih "greget"; Walkman yang memiliki fitur ini harganya lebih mahal daripada yang biasa. Aiwa dan Sony memiliki kualitas suara dan fitur Mega Bass yang baik daripada merk lainnya.

Kebanyakan kaset yang dijual adalah orisinil, meski ada yang bajakannya dengan harga murah; mayoritas orang lebih memilih yang orisinil, karena kualitasnya jauh diatas yang bajakan, dan harganyapun masih terjangkau. Dulu aku pernah membeli kaset grup band Linkin Park: Meteora seharga Rp. 27.500, Avril Lavigne: Under My Skin seharga Rp. 25.000, Greenday: American Idiot seharga Rp. 23.500, Peterpan: Bintang di Surga seharga Rp. 20.000, dan Dreamband 2004 seharga Rp. 18.000. Semuanya orisinil, dan yang menarik bagiku adalah kover kasetnya, karena biasanya di dalamnya terdapat info tentang band tersebut, seperti lirik lagu, anggota, dan yang lainnya. Meski rata-rata 1 kaset 1 album terdapat 12 lagu, namun bagiku sangat menarik, karena semuanya berbentuk fisik, dan pastinya orisinil.

Sebenarnya di masa kejayaan kaset, sudah ada yang berbentuk digital, yaitu CD dengan pemutarnya portable CD player. Kaset dan CD menjadi simbol persaingan teknologi analog dan digital. Tentu saja karena digital, kualitas suara dari CD lebih baik daripada kaset, dan pemutar CD portabel lebih memiliki banyak fitur, seperti pemilihan mode efek suara, dan yang lainnya. Radio AM/FM? tentu saja ada. Tapi itu masih belum bisa menggusur kaset, karena CD berukuran lebih besar, sehingga player-nya pun berbentuk lebih besar; selain itu, soal ketahanan, CD kalah dari kaset. CD mudah rusak karena mudah tergores, sedangkan kaset dan pemutarnya lebih tahan banting, ditambah perawatannya yang lebih mudah dan ekonomis.

Tapi itu semua berubah ketika Internet mulai populer di pertengahan tahun 2005. Teknologi digital menghasilkan produknya, yaitu pemutar MP3 yang ukurannya dapat mencapai 1/4 dari Walkman. Musik-musik pun mulai banyak tersedia di Internet dalam bentuk MP3, yang dapat diunduh, dan kebanyakan adalah ilegal. Banyak juga orang yang mengkonversi musik-musik kasetnya ke dalam bentuk digital MP3, lalu menyebarkannya di Internet. Sebenarnya MP3 sudah ada sejak lama, tapi baru populer ketika muncul pemutar CD portabel, dan menjadi standar pemutar audio ketika pemutar suara digital portabel mulai banyak diproduksi.

Dengan melejitnya pemutar MP3 portabel, membuat kaset dan Walkman tergusur dalam waktu singkat. Aku ingat sekitar pertengahan tahun 2006, dari sekian banyak toko kaset di kotaku, hanya 1 toko yang buka. Padahal dua tahun sebelumnya masih buka, dan aku membeli banyak kaset musik disana.

Mungkin itulah ceritaku tentang Walkman. Oh sial... tulisannya kurang tertata dengan baik, yap... aku menulisnya secara spontan tanpa dikonsep dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar