Walkman, itulah istilah populer di Indonesia
untuk menyebut benda ini. Sebenarnya, sebutan "Walkman" merujuk pada
produk populer dari perusahaan asal Jepang, Sony, yang memproduksi benda ini
dengan nama "Walkman". Nama asli untuk benda ini adalah portable
cassette player, yang dalam bahasa Indonesianya adalah pemutar kaset
portabel. Itulah kenapa Sony menamainya Walkman, yang artinya orang berjalan.
Di masa kejayaan kaset, Walkman merupakan benda
yang mahal harganya. Selain memutar musik atau suara dari kaset, juga dapat
menyiarkan siaran radio AM/FM. Ukurannya yang kecil membuatnya disukai banyak
orang. Berbagai macam kaset dijual di toko-toko, mulai dari musik dari
grup-grup band, sampai ceramah, dan beraneka macam lainnya yang intinya adalah
suara. Semuanya masih berbentuk analog.
Fitur "Mega Bass" adalah fitur andalan
Walkman saat itu, membuat suaranya lebih "greget"; Walkman yang
memiliki fitur ini harganya lebih mahal daripada yang biasa. Aiwa dan Sony
memiliki kualitas suara dan fitur Mega Bass yang baik daripada merk lainnya.
Kebanyakan kaset yang dijual adalah orisinil,
meski ada yang bajakannya dengan harga murah; mayoritas orang lebih memilih
yang orisinil, karena kualitasnya jauh diatas yang bajakan, dan harganyapun
masih terjangkau. Dulu aku pernah membeli kaset grup band Linkin Park: Meteora
seharga Rp. 27.500, Avril Lavigne: Under My Skin seharga Rp. 25.000, Greenday:
American Idiot seharga Rp. 23.500, Peterpan: Bintang di Surga seharga Rp.
20.000, dan Dreamband 2004 seharga Rp. 18.000. Semuanya orisinil, dan yang
menarik bagiku adalah kover kasetnya, karena biasanya di dalamnya terdapat info
tentang band tersebut, seperti lirik lagu, anggota, dan yang lainnya. Meski
rata-rata 1 kaset 1 album terdapat 12 lagu, namun bagiku sangat menarik, karena
semuanya berbentuk fisik, dan pastinya orisinil.
Sebenarnya di masa kejayaan kaset, sudah ada
yang berbentuk digital, yaitu CD dengan pemutarnya portable CD player.
Kaset dan CD menjadi simbol persaingan teknologi analog dan digital. Tentu saja
karena digital, kualitas suara dari CD lebih baik daripada kaset, dan pemutar
CD portabel lebih memiliki banyak fitur, seperti pemilihan mode efek suara, dan
yang lainnya. Radio AM/FM? tentu saja ada. Tapi itu masih belum bisa menggusur
kaset, karena CD berukuran lebih besar, sehingga player-nya pun
berbentuk lebih besar; selain itu, soal ketahanan, CD kalah dari kaset. CD
mudah rusak karena mudah tergores, sedangkan kaset dan pemutarnya lebih tahan
banting, ditambah perawatannya yang lebih mudah dan ekonomis.
Tapi itu semua berubah ketika Internet mulai
populer di pertengahan tahun 2005. Teknologi digital menghasilkan produknya,
yaitu pemutar MP3 yang ukurannya dapat mencapai 1/4 dari Walkman. Musik-musik
pun mulai banyak tersedia di Internet dalam bentuk MP3, yang dapat diunduh, dan
kebanyakan adalah ilegal. Banyak juga orang yang mengkonversi musik-musik
kasetnya ke dalam bentuk digital MP3, lalu menyebarkannya di Internet.
Sebenarnya MP3 sudah ada sejak lama, tapi baru populer ketika muncul pemutar CD
portabel, dan menjadi standar pemutar audio ketika pemutar suara digital
portabel mulai banyak diproduksi.
Dengan melejitnya pemutar MP3 portabel, membuat
kaset dan Walkman tergusur dalam waktu singkat. Aku ingat sekitar pertengahan
tahun 2006, dari sekian banyak toko kaset di kotaku, hanya 1 toko yang buka.
Padahal dua tahun sebelumnya masih buka, dan aku membeli banyak kaset musik
disana.
Mungkin itulah ceritaku tentang Walkman. Oh
sial... tulisannya kurang tertata dengan baik, yap... aku menulisnya secara spontan tanpa dikonsep dulu.